BAGAS

Bagas, My Little Ndut
Natal selalu saja mengajarkan tentang keikhlasan, padahal hari itu merupakan hari lahirnya Yesus. Dan setiap menjelang natal air mata ini selalu menetes, bukan untuk diri ini tapi untuk yang lain. Aku tak pernah mengasihani diriku sendiri pun tak pernah meminta dikasihani. Tuhan, aku hanya ingin diberikan kekuatan dan ditambahkan kesabaran.


Awal-awal merayakan natal, hal yang membuatku menangis adalah saat beberapa kerabat bertanya pada ibu kenapa aku berbeda dan ibu selalu berhasil memberikan jawaban yang melegakan aku tanpa menyakiti si penanya, meski aku tahu persis ada perih di hati beliau.

“Ibu menyesalkah, bila aku berbeda?” Tanyaku suatu ketika saat ibu merapikan baju natalku.

“Kenapa bertanya seperti itu Sayang?” Ibu ganti bertanya sambil mengikatkan obi di pinggangku.

“Ibu, maafkan aku. Pilihan ini memang tidak mudah tapi harus tetap memilih dan aku sudah memilihnya.”

Ibu membalikkan badanku, “Sayang, Ibu percaya, karena kamu anak Ibu. Anakku pasti bisa bertanggung jawab dengan komitmen yang sudah dibuatnya, Ibu tidak meragukan itu.”

Dan natal kali ini kembali aku harus ikhlas, Bagas kucing kesayangan di rumah cedera, luka robek dan memar di tangan membuatnya pincang. Dia harus beristirahat total selama dua minggu. Hanya berharap semoga luka itu bukan karena ulah manusia tapi karena kurang hati-hati.

Membayangkan lukanya, rasa perih menyergapku. Sedih dan merasa bersalah tidak bisa menjaganya. Namun Ibu kembali bisa menenangkan aku dengan memastikan Bagas dirawat dengan baik selama sakit. Ayah yang selama ini cuek pun turun tangan merawat memar tangannya dan kini sudah berangsur pulih. Meski menyayangkan kabar yang terlambat kuterima, aku percaya ini bukan karena ayah, ibu dan adik tidak sayang Bagas. Buktinya mereka masih memanggil dokter untuk memeriksa Bagas. 

Bagas kucing yang baik dan penurut, dia rela tidak bermain demi kesembuhannya. Keikhlasannya menerima sakit seperti air yang mengalir mengikuti ruang, mengaliri setiap celah seiring denyut nadinya. Memberikan kesejukan pada habitatnya. Dia memang hanya seekor kucing biasa. Bagas menjadi luar biasa karenanya kami menjadi saling mencintai “Bagas, sabar ya Nak .... We love you."


Bagas with My Sister

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer