Seperti katamu, tidak ada cuaca yang buruk. Semuanya bagus. Yang menjadikannya buruk hanya karena manusia tidak bisa memanfaatkannya. Tahukah engkau, bahwa aku sangat benci dengan hujan. Hujan membuatku pusing, tak bisa bermain, hujan membawa suhu dingin, banjir, dan hujan seringkali menjadi alasan penerbangan delay. Tapi setiap kali aku mengatakan hujan adalah cuaca yang buruk, kau selalu mengatakan tidak, nikmati saja.
Seperti hari ini, hujan datang saat aku telah bersiap. Beruntung aku sudah tiba di bandara saat hujan turun. Sayangnya aku harus menerima kenyataan kalau pesawat yang akan membawaku menemuimu harus menunda penerbangannya karena hujan lebat.
Sementara ku tahu di sana kau sudah menunggu gelisah. Sama tak sabarnya dengan diriku. Tapi apa yang bisa kita lakukan selain berdamai dengan situasi ini.
Sambil menunggu hujan reda, kita hanya bisa menguatkan hati dan menyambung rasa dengan berbalas pesan-pesan singkat yang terkirim setiap 3 menit.
Kau bercerita tentang hujan, pelangi dan kopi. Tiga variabel ini yang manakala bersatu dalam gambar akan membentuk sebuah mozaik yang artistik. Kubayangkan hitamnya kopi kendari dalam sebuah gelas kaca dari pasir kuarsa berkualitas tinggi, dan cuaca hujan di luar yang menghasilkan pelangi. Warna pelangi terbias pada gelas yang tertutup pekatnya kopi, dan lengkung gelas memantulkan warna pelangi berpadu dengan cahaya. Membayangkan paduan ketiganya akan menjadi sebuah karya yang indah melalui bidikan kameramu.
Senyumkupun terurai usai menerjemahkan imajinasi yang kau pandu dengan perspektif cahaya dalam khayalmu. Aku yakin kaupun tersenyum sama sepertiku, dan hujan telah reda.
Kini, aku mendamba hujan untuk mewujudkan apa yang telah kita reka saat hujan turun. Lebih dari itu dingin tak lagi kurasa karena aku dalam dekapmu.
Komentar
Posting Komentar