ANUGERAH TAK DISANGKA
"Anugerah terindah
adalah ketika kita tahu bahwa kita dicintai." Kalimat
itu kutemukan dalam sebuah buku Chicken Soup for Couple. Entah sudah berapa
kali kalimat itu aku gunakan dalam lembar terima kasih di tiap tugas paperku
dan skripsi semasa kuliah. Berulang kali juga kalimat itu terposting di
akun FB, Twitter, BB, bahkan YM yang notabenenya tidak indah kalau tampil
dengan kalimat yang panjang.
Untuk
kesekian kalinya juga kalimat itu kugunakan dalam surat maupun kartu ucapan.
Bahkan pada saat merasakan kelegaan karena telah keluar dari suatu masalah
seringkali kalimat itu juga yang terlintas di benakku.
Rasanya
energi positif yang dipancarkan sangat kuat hingga mampu membangkitkan
semangat. Hari ini seorang sahabat karena kecerobohannya berhasil dikerjain
teman-teman satu gengnya. Dia terkenal suka taruh barang semaunya. Sering juga
tidak pada tempatnya. Dan teman-teman sudah sering mengingatkannya. Bahkan kadang
harus mengamankan barangnya yang ketinggalan.
Meski
begitu sahabat yang satu ini tidak juga mengubah sifat cerobohnya. Mungkin dia
berpikir pada saat barangnya tertinggal akan ada yang mengamankannya. Tapi ternyata lama-lama
teman-teman gemes juga terutama teman satu gengnya yang sering kebagian mengamankannya.
Seperti
biasa usai dia perform musikalisasi puisinya dia langsung menghambur ke
teman-teman. Merasa terganjal dengan blackberry di celana ia pun
mengeluarkannya dan meletakkan di meja. Tiba-tiba ada pengunjung cafe lain yang
ingin foto bersama, maklum wajahnya lumayan manis. Dengan senang hati dia pun meladeni foto satu ke foto-foto
berikutnya sampai akhirnya lupa.
Teman-teman
yang sudah hapal langsung ,mengamankannya. Dan jadilah si blackberry berpindah
tangan plus dimatikan. Sampai dengan pulang pun ternyata dia lupa. Tiba-tiba
saat aku akan pulang dia sms dengan ponselnya yang lain dan menanyakan apakah
aku melihat blackberry-nya di cafe.
Segera
aku mem-forward pesannya ke
teman-teman yang lain. Kami yang masih
di cafe sibuk mencarinya tapi tetap tidak menemukannya. Kusarankan untuk segera
ke operator selulernya untuk menonaktifkan fungsi BBM-nya agar tidak bisa
digunakan.
“Mau
nggak temani aku ke galeri untuk nonaktifin nomerku” katanya di telpon.
“Ya
udah buruan, sebelum itu BB terjual”
kataku.
“Tunggu
di cafe ya, aku jemput.”
Aku
pun menunggunya. Tak berapa lama dia datang dan kami pun segera ke galeri. Di perjalanan
aku masih mencoba untuk BBM ke blackberry-nya. Kaget! Karena pesan-pesan yang
pending dardi tadi tiba-tiba terkirim. Dibalas malah. Isi balasannya “BB-nya
tidak hilang tapi kami bawa, habis kesal dia suka taruh sembarangan.”
Kujawab
“Dasar! Tapi aku telanjur nganterin dia ke galeri nih.”
“Udah
ikutin aja.”
Aku
pun menurut saja dengan rencana gengnya. Kuikuti sampai galeri. Setelah lama mengantri
dan sudah hampir pada no antrian kami, aku mengajaknya pulang.
“Kok
pulang?” tanyanya.
“BB-mu
sudah ketemu” jawabku malas basa-basi.
“Darimana kamu tahu? Kamu yang sembunyikan?”
“Enak
aja. Nih!” kusodorkan BB-ku berisi pesan teman-temannya.
“Kurang
ajar!” umpatnya.
Kami
pun pulang dengan dia mengomel panjang pendek. Padahal teman-teman yang lain
sudah pada sibuk bantuin mencari.
“Harusnya
kamu bersyukur BB-mu nggak ilang” kataku.
“Ya
tapi kan capek aku dikerjain kayak gini” jawabnya.
“Jangan
pikir capeknya tapi lihat efeknya.”
“Efek
apaan? Semua jadi sibuk tahu!”
“Iya
teman-teman memang jadi sibuk, tapi itu artinya mereka peduli sama kamu. Mereka
sayang sama kamu. Coba kalau nggak, mau BB-mu ilang mau nggak mereka pasti
nggak peduli. Kamu aja yang ceroboh suka
taruh barang sembarangan.”
Diam
sejenak seolah tak terima dengan
penjelasanku. Tapi sejurus kemudian tersenyum. “Iya ya, teman-teman banyak yang
bantuin nyari BB-ku. Kamu juga rela nganterin ke galeri.”
“Intinya
semua teman-teman itu peduli sama kamu jadi mereka akan bantu kalau kamu
kesusahan. Anugerah terindah adalah ketika kita tahu kita dicintai”
“Berarti
kamu cinta sama aku?” tanyanya berseloroh.
“Dasar!
Nanti aku berasa jadi emakmu yang harus ngopeni barang-barangmu yang
tertinggal. Nggak ah!” kataku mengelak.
“Tapi
kok mukamu merah?”
“Idiiihh
... maksa amat sih. Dibilang nggak ya nggak!”
“Yakin?
Yah, padahal aku cinta kok kamu nggak”
“Masak
sih?” mendadak serius.
“Iya.”
“Kenapa
nggak bilang dari dulu ....”
“Baru
nemu momentnya sekarang.”
“Dasar!”
Komentar
Posting Komentar