CINTA SAMPAI DI SINI
Aku tahu ini
sebuah kekeliruan. Namun mengapa aku selalu saja ingin meyakinkan diriku bahwa
cinta bisa membenarkan sebuah kesalahan.
“Aku janji sebisa
mungkin menjadi pendampingmu... “ Ucapmu menggantung kalimat, menatapku seakan
ingin menerobos ke lubuk hatiku.
“Aku tahu diri kok meski merindu,” lanjutmu saat kita makan siang bersama di sebuah mall di daerah Surabaya Selatan.
“Terima
kasih,” jawabku sambil menunduk, mengaduk kopi yang sebenarnya sudah tak perlu
diaduk lagi sambil menahan air mataku. Dan tanganmu lebih sigap menyusut air mataku,
sampai-sampai tak sempat meleleh di pipiku.
Dua bulan
terakhir ini ada rasa indah dalam hatiku terhadapmu. Kukira demikian pula denganmu.
Tapi kondisimu memang tidak memungkinkan kita untuk menjalani hubungan ini
secara normal seperti layaknya orang yang saling jatuh cinta. Aku memang masih
lajang tapi dirimu bukan lagi seorang pria yang sendiri meskipun dengan kondisimu
saat ini kamu punya alasan untuk mendua.
Terus terang
ini adalah salah satu dari sedikit pengalamanku yang terus tertulis dalam
perjalanan hidupku. Kita sama-sama tergolong manusia yang tidak meliarkan rasa.
Tapi berpijak pada kearifan logika.
Cinta memang
kadang tak terduga. Datang kapan saja, pada siapa saja tanpa peduli efeknya. Sementara
kita sebagai pelakon bisa pontang-panting dibuatnya. Tak jarang cinta juga
membuat kita terlihat bodoh. Padahal untuk hal-hal yang lain bisa jadi kita
adalah manusia yang paling smart. Tangguh menghadapi segala macam persoalan.
Terlambat
kenal, terlambat bertemu, mungkin ini yang kita salahkan dalam situasi ini.
Tapi apa gunanya kita menyalahkan waktu? Kenyataan yang kita hadapi tak bisa
dibantah. Kita bertemu di saat yang salah.
Hati ini pun
tak bisa mengelak, cinta tak bisa disalahkan. Karena aku tahu kamu juga
mencintaiku. Jadi seharusnya ini adalah rasa yang bisa dinikmati, dihantar pada
sebuah tujuan. Lalu kemana rasa ini harus dibawa? Melanjutkan adalah kesalahan
sementara menolaknya adalah sebuah kesakitan.
Yang bisa
dilakukan hanyalah menjaga rasa, menata hati. Tetap bijak menyikapi karena kita
hidup di masyarakat yang diatur oleh norma. Dan perselingkuhan bukanlah sesuatu
yang bisa dimaafkan begitu saja tanpa ada hati yang terluka.
Biarlah air kesejukan ini mengalir tanpa
merusak habitat yang sudah ada. Prinsip inilah yang selalu kita pegang.
Sekalipun kita memiliki rasa yang sama tapi tidak kalap menikmatinya. Akupun
harus pasrah dengan rasa yang membelit hati ini. Mencintai adalah melihat orang
yang kita cintai bahagia dan aku rela melihatmu tetap bersamanya melanjutkan
hidup sesuai dengan noktah perkawinan yang telah kalian ikrarkan.
Aku cukup
bahagia, meski hanya namaku yang terselip di hatimu. Biarlah kita sebagai
pasangan, dan kau tetap menjadi pendamping dalam dunia yang kita ciptakan, yang
hanya ada aku dan kamu.
Komentar
Posting Komentar