Bagas, My Rescued Cat, The Strong Cat. My Favourite Cat

Gelegar petir menyambar dibarengi turunnya hujan yang laksana tertumpah dari langit. Aku termangu menatap keluar jendela. Ya, sekarang aku sudah nyaman di rumah ini. Makananku cukup, tempat tidur nyaman, banyak mainan dan sekeluarga manusia yang melimpahiku kasih sayang. Aku sudah teradopsi oleh keluarga Anastasya Bee. Bahagia? Pasti! Tapi aku masih sedih karena tidak semua teman-temanku bernasib baik sepertiku.

Bahagia itu manakala tak ada lagi derita padaku dan teman-temanku  -Bagas-

Tiga tahun yang lalu aku hanya seekor kucing kecil yang kehilangan induk dan tertinggal teman sepermainanku. Saat itu aku terlalu asyik dengan mainanku sendiri dan ketika teman-temanku pulang aku tak mengerti, mungkin mereka sudah memanggilku tapi aku tidak mendengarnya.

Bagas pertama kali datang ke kos 
Hujan turun dengan derasnya dan aku berteduh sendirian di bawah dingklik. Seorang anak SD yang akhirnya kutahu namanya Ayu menggendongku pulang. Awalnya aku takut tapi setelah sampai di rumahnya yang ternyata rumah kos aku sedikit lega, meski tetap takut. Di sini tidak ada kucing sama sekali.

Karena ini tempat kos, ibunya Ayu agak khawatir tidak boleh memelihara binatang dan akupun dikeluarkan dari rumah ini, padahal di luar sedang hujan deras. Aku kebingungan, sendiri dan sudah terpisah jauh dari teman dan saudaraku. Aku menangis tapi tak ada yang peduli. Aku menunggu di teras rumah, berharap ada orang keluar dari rumah ini dan membawaku ke dalam atau ada kucing lain lewat hingga aku bisa numpang jalan dengannya untuk menemukan teman-temanku.
Anastasya Bee

“Ceklek!” Pintu terbuka dan seorang perempuan muda melongokkan kepalanya keluar. Aku menatapnya tepat saat dia menunduk.

“Pus, masuk pus” katanya sambil menggendongku dan mengamati tubuh kotorku. Sejenak dia ragu tapi tetap memasukkanku ke dalam kamarnya. “Tunggu di sini, aku beli makanan sebentar. Aku tidak punya makanan kucing.”
Dia keluar dan membiarkan aku di kamarnya sendirian. Tidak lama setelah itu dia datang dengan sebungkus nasi dan ikan pindang. Saat aku makan dia merebus air untuk memandikanku dan sejak itu kami tinggal bersama. 22 Februari jadi hari ulang tahunku dan aku diberi nama Bagas.

Susah senang kami lalui bersama. Aku pernah melihatnya menangis saat kekasihnya pergi dan dia membawaku ke lapangan. Di sana kami bermain bersama, saling kejar dan kulihat dia bahagia. Sejak itu aku berjanji jadi kucing manis untuknya. Kak Ayu yang dulu membawaku juga sayang padaku, saat mamaku ke kantor aku bermain dengan Kak Ayu dan keluarganya. Saat mamaku harus keluar kota aku tinggal dengan mereka di Sidoarjo selama sebulan. Bahagia memiliki dua keluarga yang menyayangiku. Tahun 2014 aku terpilih menjadi model kalender Indonesia Peduli Kucing dan kebagian bulan April. Itu karena mamaku sering upload fotoku di twitternya @anastasyabee27 dan aku banyak menemukan teman di sana bersama @SahabatMeong

Sepanjang aku dalam asuhannya aku sudah pindah dua kali, pertama ke Tulungagung ke rumah orang tuanya dan sekarang aku pindah ke Pandaan semenjak ibunya meninggal dan ayahnya ke Papua bersama adiknya. Saat cerita ini ditulis aku sedang di klinik hewan swasta di Surabaya dalam rangka kastrasi.

Semula aku  berontak, tapi kupikir ulang dan  ini yang terbaik. Dengan kastrasi aku tidak perlu menghamili betina sehingga berkurang kitten-kitten dari hasil karyaku. Aku juga tak perlu bertarung memperebutkan betina dan makanan karena makananku pasti sudah tersedia. Semoga operasinya berjalan lancer, aku sehat dan mamaku senang. Kebahagiaan tersendiri saat melihatnya tersenyum, meski untuk itu perjalanan jauh harus ditempuhnya. Ganbatte Mama Bee

Bagas with my sister 

Komentar

Postingan Populer